Senin, 12 Oktober 2020

Ketika Buku Katarsis Dibedah Oleh Ustadz Khaliel Anwar

Sebagaimana seorang anak yang tentu ingin menunjukkan ijazah yang didapatkannya kepada orang tuanya yang berjasa besar atas diraihnya ijazah tersebut, maka begitulah saya ketika buku Katarsis ini alhamdulilah rilis. Saya ingin sekali mengirimkan buku ini kepada salah dua orang tua saya di Surabaya, yang berjasa sangat besar bagi hidup saya, yaitu Ustadz Anwar dan Ustadz Afri sebagai bentuk terimakasih dan ngalap berkah. Kan seneng ya kalau ada nama kita di rak buku beliau, berjajar bersama kitab-kitab yang beliau gunakan untuk mengajar. Saya pernah melihat secara langsung buku yang saya tulis ada di rak buku Ustadz Afri...rasanya... :') Maa syaa Allah. 

Sebelumnya saya izin dulu apakah beliau berkenan. Karena sesungguhnya saya sungkan. Merasa tidak pantas. Takut juga macam orang minta di-endorse :"). Sempat kepikiran juga mau bilang, "Jangan dibuat status ya Ustadz" (saking takutnya mirip sama orang minta diiklankan)😂 tapi kok ya nggak sopan wkwk. Apa yang saya takutkan pun terjadi. Ustadz Anwar dan Ustadz Afri mengunggah tentang buku ini melalui status WhatsApp beliau, yang mana itu akhirnya membuat saya sulit memejamkan mata 😆

Bahkan tak lama setelah Ustadz Anwar membaca buku ini sekilas, beliau menyampaikan, "Kalau berkenan saya ingin membedah buku ini lewat acaranya hubb.id."

Rendah hati sekali beliau, menyelipkan kata, "Kalau berkenan," Padahal ya tentu berkenan sekali :")

Alhamdulillah pada hari Jumat 9 Oktober yang lalu acara bedah buku tersebut sudah dilakukan. Buat yang penasaran bisa cek di YouTube "Robwah Foundation", di playlist "Sharing Hikmah Buku". Tapi buat yang ga kuat nonton sampai selesai sesi diskusi, disarankan menunggu saat yang tepat untuk bisa menyimak secara tuntas, karena pembahasannya agak tricky jadi harus ngikuti sampai selesai 😀👍

Sharing Hikmah Buku "Bait Cinta Sang Musafir" dan "Katarsis: Membereskan Beban Hati"

Terlepas dari isi atau hikmah bukunya, hikmah yang saya dapatkan dari diskusi bersama Ustadz Anwar ialah semakin dalam keilmuan seseorang, akan semakin besar pula cintanya kepada sesama yang itu terimplementasikan dalam kemauan untuk mendengarkan, memahami, dan memaklumi.