Jumat, 25 Mei 2018

Sidang Ulang: Hakikat dan Hikmahnya

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah.



Akhirnya segala persyaratan yang harus saya penuhi untuk mendaftar yudisium sebagian besar sudah saya selesaikan. Maka dari itu, kini saatnya saya menunaikan janji saya kepada secuil bagian dari orang-orang yang katanya sih ingin mengetahui cerita ini.

Perjalanan menyelesaikan skripsi ternyata adalah perjalanan yang panjang, setidaknya bagi saya. Mulai dari impian saya untuk lulus dalam tujuh semester yang kandas akibat kemalasan saya sendiri, sehingga saya harus berlapang hati mengganti tahun '2017' di cover menjadi '2018' sampai perjuangan mengerjakan skripsi di semester delapan, sidang pertama, sidang ulang, sampai akhirnya harus menuntaskan berkas-berkas persyaratan untuk yudisium dan wisuda. Rasanya benar-benar seperti berjalan di pematang sawah yang sangat sempit dan licin. Selangkah demi selangkah. Alhamdulillah akhirnya sampai juga.

Sebenarnya saya sudah menyusun cerita yang panjang untuk ini. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, sepertinya lebih baik singkat tapi teman-teman atau adik-adik bisa mengambil hikmahnya.

Semester 7. Mimpi besar saya untuk lulus 3,5 tahun tidak diimbangi dengan usaha yang maksimal. Ketika harus baca jurnal atau referensi yang sebenarnya membutuhkan konsentrasi, saya masih sering terdistraksi oleh hal-hal yang tidak penting. Kalaupun akhirnya saya tidak terdistraksi, saya tidak menikmati proses membaca itu. Saya membacanya secara lompat-lompat. Jadilah banyak informasi yang miss dan... ya, itu justru membingungkan diri saya sendiri. Bingung itu bikin apa...? Ya, bingung itu bikin makin males buat mengerjakan . Solusinya? Solusi ini manjur sih buat saya: membuat catatan tentang inti setiap paragraf. Apalagi referensi kita kan kebanyakan bahasa inggris...sehingga kalau nggak dicatat bisa lupa dan amblas dari ingatan dan...ya bisa bikin males baca. 

Selain distraktor remeh temeh, ketika semester tujuh ini juga ada kegiatan yang sedang sangat saya minati dan itu membutuhkan waktu yang cukup banyak. Sulit bagi saya untuk meninggalkannya. Alhamdulillah orangtua juga tidak pernah melarang saya. Mungkin beliau berdua khawatir kalau saya justru semakin tertekan. Namun, lagi-lagi usaha saya nggak seimbang. Harusnya nih ya, kalau emang ada kegiatan lain yang menyita perhatian, saya harus lembur dong untuk mencapai target utama yaitu skripsi. Tapi saya? Enggak -_- Jam tidur dan bangun saya tetap-tetap saja. Jadi ya nggak heran kalau progres skripsi saya sangat lambat.

Berlalulah semester 7. Dari angkatan saya, ada 3 orang yang berhasil menyelesaikannya di semester 7. 

Semester 8. Lumayan seru, karena selama beberapa hari datang ke dua sekolah untuk mengambil data. Namun, ketika mulai analisis data pakai SPSS, saya banyak bingungnya. Bahkan untuk prinsip-prinsip yang sifatnya dasar. Mungkin karena dulu waktu kerja kelompok, bagian SPSS selalu kami serahkan kepada Husnul dan Sita ya. Jadi mbatin, "Selama kuliah ini saya ngapain aja sih wkwk." Adik-adik dan teman-teman, POKOKNYA INI JANGAN DITIRU. KERJAKAN TUGAS KELOMPOKMU DENGAN SEMAKSIMAL MUNGKIN. KALAUPUN ADA PEMBAGIAN TUGAS, JANGAN MASA BODOH DENGAN TEMAN SEKELOMPOKMU, SEKALIPUN DIA UDAH PINTER BANGET. Hehe. Yaaa...dan Allah pun memuliakan dua sahabat saya yang luar biasa itu. Mereka lulus dengan skripsi yang sangat bagus dan menuai apresiasi dari berbagai pihak. 

Setelah itu, saya mengerjakan pembahasan. Lumayan lama, karena harus membaca banyak literatur. Sampai akhirnya selesailah lima bab skripsi saya. Singkat cerita, sampai akhirnya saya bisa mengumpulkan skripsi final ke bagian akademik, saya harus melalui berkali-kali bimbingan-revisi-bimbingan-revisi. Thanks to Pak Iwan...yang sangat sabar dan mudah dihubungi.

Setelah itu menunggu jadwal sidang. Deg degan banget. Begitu tau jadwalnya, makin deg degan dan nano-nano banget rasanya. Antara seneng dan pengen nangis :") Mohon maaf saya memang nggak kabar-kabar ke semua orang, karena saya khawatir malah jadi beban yang dikabarin (sungkan kalau gak dateng dsb). Tapi ternyata orang-orang lebih seneng kalau dikabarin ya:') Mohon maaf, mohon maaf, mohon maaf. 

Hari H sidang-Jumat, 27 April 2018. Hari itu kedua orangtua saya datang. Juga keluarga Berkah KKN Kendung. Juga teman-teman saya yang lain, meskipun mungkin pada kesehariannya nggak begitu dekat. Sampai terharu :". Terimakasih yang sudah datang... Ayah-Bunda, Dek Opik, Husnul, Sita, Astri, Ajeng, Dek Aruni, Dek Yuhanisa, adek-adek SAPSI saya, Inun, Dewi, Ratu, Pradit, Ovi, Dilla, Astrid, Zakia, Nesya, Nailil, Venta, Eldatia. Juga seluruh sahabat yang lain yang memberikan dukungan setiap harinya, yang kalau saya sebutkan di sini, nggak cukup dan khawatir ada yang terlewat:") Terimakasih, terimakasih, terimakasih. Sidang berjalan dengan lancar, alhamdulillah. Saya bisa berdiskusi dengan dosen penguji dengan baik. Namun, ada beberapa kekurangan dari skripsi saya yang membuat dosen penguji tak habis pikir: saya tidak mencantumkan lampiran input jawaban subjek (menurut dua dosen penguji yang merupakan expert di bidang kuanti, hal ini penting--meskipun ya nggak semua expert kuanti bilang gitu sih), beberapa lembar awal tidak ada halamannya (saya juga nggak tau kenapa bisa kayak gini), poin hipotesis tidak ada (iya, ini parah banget. Tapi saya juga bingung kenapa bisa tiba-tiba menghilang), poin sebelum kerangka konseptual tidak ada (kalau ini karena saya 100% lupa), dan saya juga tidak mencantumkan blue print alat ukur (ini juga kesalahan saya sendiri yang kurang total dalam mencantumkan hal-hal yang semestinya dicantumkan). Kekurangan-kekurangan tersebut ialah sebab saya kurang totalitas dalam mengerjakan skripsi ini.

Setelah sesi diskusi selesai, saya dan teman-teman diminta untuk keluar ruangan ujian. Ketika di luar, kami ngobrol santai. Melihat dari lancarnya sidang, kami yakin bahwa saya akan lulus. 

Setelah itu, Pak Iwan memanggil saya untuk kembali ke ruangan ujian. Singkat cerita, dosen penguji mengumumkan bahwa saya harus sidang ulang sebab banyak hal yang musti saya lengkapi. 

Gimana rasanya waktu mendapatkan pengumuman tersebut? Di satu sisi saya merasa tidak percaya (karena berjalannya sidang sangat lancar), namun di sisi lain saya bisa memahami. Hal-hal yang belum saya lampirkan adalah hal-hal krusial yang tiadanya membuat penelitian saya patut dipertanyakan. Bahkan salah satu dosen penguji mengatakan, "Terus kami bisa percaya kalau Anda benar-benar melakukan penelitian dari mana?" Baik baik baik, alhamdulillah 'ala kulli haal. Nggak papa, ini sudah rezeki terbaik yang sudah Allah takarkan untuk saya.

Meskipun sedih, alhamdulillah orangtua saya bisa memahami. Juga teman-teman saya. Meski mereka sedih dan mungkin juga kasihan pada saya, namun mereka tetap berusaha menguatkan saya. Terimakasih terimakasih terimakasih.

Oh ya, for your information. Sidang ulang di fakultas saya memang beberapa kali terjadi. Untuk periode pengumpulan kemarin saja, ada beberapa orang yang harus sidang ulang. 

Karena ingin segera mendaftar sidang ulang, saya segera melakukan revisi. Gimana rasanya revisi untuk mengejar sidang ulang? Ya campur aduk juga hehe. Antara sedih, menggebu, dan juga seolah ingin menyerah. Selama proses revisi itu, saya sempat bertemu dengan beberapa kakak tingkat dan teman seangkatan yang sedang berusaha menyelesaikan skripsi maupun revisi. Dari beberapa pertemuan itu saya kembali agak percaya diri, sebab sebenarnya sidang ulang itu bukan berarti gagal, tapi bahwa dosen pengujimu ingin kamu mempresentasikan hasil revisimu. Selauin itu, status 'sidang ulang' juga bisa membuat saya lebih bersemangat untuk mengerjakan revisi :'

Singkat cerita, akhirnya saya sidang ulang pada tanggal 18 Mei kemarin dan alhamdulillah lulus. Sekali lagi, terimakasih untuk semua pihak yang sudah mendukung saya.  

Tujuan saya membuat tulisan ini ialah agar pembaca paham bahwa sulit atau mudahnya sesuatu juga sangat dipengaruhi dengan usaha kita untuk mencapainya. Adanya kebijakan sidang ulang yang sering diterapkan di fakultas kita tidak perlu membuat kita memandang bahwa 'lulus dari psikologi itu sulit', 'dosennya psikologi itu perfeksionis' dan sebagainya. Tapi karena memang ada prinsip-prinsip tertentu dalam bidang keilmiahan yang dipegang teguh oleh fakultas kita, yang itu sebenarnya untuk kebaikan kita juga. Percayalah. Seperti yang selalu saya katakan kepada adik-adik yang bertanya, "Mbak, kalau peminatan pendidikan dan perkembangan itu tugasnya banyak ta?", ialah: nggak ada peminatan yang tugasnya sedikit, semuanya tugasnya banyak, cuma beda bentuknya aja. Asalkan kita memang berminat pada peminatan itu, tugasnya yang banyak akan tetap kita ingin jalani. Begitu pula dengan stigma negatif terhadap mata kuliah atau dosen tertentu. Mari membiasakan membangun mindset positif, namun dengan tetap 'waspada'. Dan tentunya, totalitas lah dalam berkuliah!!!

Perjalanan yang panjang dan berliku ini mengajarkan saya banyak pelajaran. Tentang empati. Tentang sabar dalam proses. Tentang ridho sama ketetapan Allah. Tentang totalitas dalam melakukan sesuatu. Nilai-nilai ini membuat saya seperti menjadi Fatin yang cukup berbeda. Pede banget ya hehe. Alhamdulillah. Saya merasa berkembang. Mungkin ini ya, bahwa skripsi itu adalah proses pendewasaan.

Terakhir, saya ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah menjadi support system saya khususnya selama menempuh studi di Psikologi UNAIR. Semoga kita bisa terus bersaudara dalam kebaikan. Mohon maaf atas Fatin yang ruwet, mbingungi, gak jelas, dan semacamnya. Kalau kalian nggak memahami dan menerima Fatin, entahlah apa jadinya empat tahun saya di sini. Terimakasih terimakasih terimakasih. Terimakasih juga atas teman2 yang mendukung dan datang waktu saya sidang. Terharu banget. Meskipun sebelumnya tidak begitu dekat, karena saling mendukung buat sidang jadi bisa lebih dekat. Terimakasih telah memberikan dukungan kepada saya melalui berbagai bentuk. Semuanya adalah bentuk kasih sayang yang tiada ternilai harganya. Bunga, cokelat, pelukan, senyuman, doa, serta pesan-pesan yang disampaikan melalui chat adalah bentuk kasih kalian yang insyaa Allah tidak akan saya lupakan. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan yang tiada batasnya.