Sabtu, 17 Oktober 2020

Sisi "Nggak Enak" dari Menjadi Mahasiswa Psikologi

Sore ini, seorang kawan di salah satu grup Whatsapp "berkonsultasi" kepadaku dan Husnul (saat ini Husnul sedang menempuh magister profesi psikologi mayoring pendidikan di UI) tentang suatu "kasus" yang berkaitan dengan psikologi pendidikan. Kawan tersebut menguraikan karakteristik kasus yang dihadapinya dan ia meminta tips dari kami, saran apa yang bisa kami berikan untuk " kasus" tersebut.

Ah. Saran. Tips. Solusi. Sesuatu yang selalu "diminta" oleh masyarakat kepada kami, mahasiswa psikologi, apalagi aku sekarang sudah di level magister, profesi pula. Suka tak suka, mau tak mau, aku harus terbiasa dengan pertanyaan ajaib, "Terus aku harus gimana?" yang sebagian orang meyakini bahwa mahasiswa psikologi tahu semua jawaban. 

Pertanyaan dari seorang kawan sore ini menyadarkanku bahwa kuliah itu bukan buat keren-kerenan. Bukan supaya diundang jadi pembicara di mana-mana, dianggap ahli, ada keterangan yang "keren" yang membersamai nama kita beserta gelarnya. Namun, itu adalah "beban". Tanggung jawab. Ada tuntutan tak kasat mata untuk mengikuti perkembangan informasi, terus banyak membaca referensi ilmiah terpercaya, banyak mendengar, dan tentu mengamalkan ilmu. 

Jadi, diriku, apa kamu berani merasa "bangga" dengan gelar yang kamu miliki?

Malang, 17 Oktober 2020

Jumat, 16 Oktober 2020

Branding Diri Ala Para Kekasih Allah

Hari Ahad 2 pekan yang lalu, aku mengikuti Majelis Syahriyah ROBWAH Foundation. Seperti namanya, majelis ini diadakan satu kali setiap bulannya khusus untuk keluarga besar ROBWAH Foundation. Pada pembukaan majelis yang diadakan secara online tersebut, Ustadz Afri menugaskan Mas Faishol untuk menyenandungkan beberapa bait dari qasidah "Yaa Arhamarrahimin..."

Sebakda itu, Ustadz Afri sedikit bercerita tentang Habib Abdullah bin Husain bin Thahir, sang penulis qasidah Yaa Arhamarrahimin tersebut. Tentang betapa ikhlasnya beliau. Dengan keikhlasan itu, Allah menjadikan qasidah karya beliau menyejarah, terus hidup melintasi waktu ratusan tahun meskipun beliau kini sudah menghadap Allah, menggaung hingga ke daerah-daerah pelosok. Ustadz Afri pun kemudian menyebut nama sosok-sosok lainnya seperti Imam Syafi-i dan imam-imam lainnya, yang karya dan manfaatnya terus menyebar melintasi ruang dan zaman. 

Mereka itu sibuk mem-branding diri di hadapan Allah. Fokus mereka adalah bagaimana agar Allah ridho. Hingga Allah pun cinta kepada mereka. Maka seketika itu pula seluruh penduduk langit dan bumi turut mencintai mereka. Itulah mengapa meskipun kita belum pernah berjumpa dengan mereka, kita mencintai mereka.

Nyes....maa syaa Allah...Hari-hari ini mungkin kita dibuat penat dengan berbagai teori dan pembicaraan soal branding diri; disibukkan dengan perkara like, viewer, subcriber, dan semacamnya; maka kita mendapatkan ketenangan kembali dengan belajar dari para kekasih Allah tersebut. Bahwa tugas kita adalah fokus berbuat kebaikan semampu kita. 

Malang, 16Oktober2020

Senin, 12 Oktober 2020

Ketika Buku Katarsis Dibedah Oleh Ustadz Khaliel Anwar

Sebagaimana seorang anak yang tentu ingin menunjukkan ijazah yang didapatkannya kepada orang tuanya yang berjasa besar atas diraihnya ijazah tersebut, maka begitulah saya ketika buku Katarsis ini alhamdulilah rilis. Saya ingin sekali mengirimkan buku ini kepada salah dua orang tua saya di Surabaya, yang berjasa sangat besar bagi hidup saya, yaitu Ustadz Anwar dan Ustadz Afri sebagai bentuk terimakasih dan ngalap berkah. Kan seneng ya kalau ada nama kita di rak buku beliau, berjajar bersama kitab-kitab yang beliau gunakan untuk mengajar. Saya pernah melihat secara langsung buku yang saya tulis ada di rak buku Ustadz Afri...rasanya... :') Maa syaa Allah. 

Sebelumnya saya izin dulu apakah beliau berkenan. Karena sesungguhnya saya sungkan. Merasa tidak pantas. Takut juga macam orang minta di-endorse :"). Sempat kepikiran juga mau bilang, "Jangan dibuat status ya Ustadz" (saking takutnya mirip sama orang minta diiklankan)😂 tapi kok ya nggak sopan wkwk. Apa yang saya takutkan pun terjadi. Ustadz Anwar dan Ustadz Afri mengunggah tentang buku ini melalui status WhatsApp beliau, yang mana itu akhirnya membuat saya sulit memejamkan mata 😆

Bahkan tak lama setelah Ustadz Anwar membaca buku ini sekilas, beliau menyampaikan, "Kalau berkenan saya ingin membedah buku ini lewat acaranya hubb.id."

Rendah hati sekali beliau, menyelipkan kata, "Kalau berkenan," Padahal ya tentu berkenan sekali :")

Alhamdulillah pada hari Jumat 9 Oktober yang lalu acara bedah buku tersebut sudah dilakukan. Buat yang penasaran bisa cek di YouTube "Robwah Foundation", di playlist "Sharing Hikmah Buku". Tapi buat yang ga kuat nonton sampai selesai sesi diskusi, disarankan menunggu saat yang tepat untuk bisa menyimak secara tuntas, karena pembahasannya agak tricky jadi harus ngikuti sampai selesai 😀👍

Sharing Hikmah Buku "Bait Cinta Sang Musafir" dan "Katarsis: Membereskan Beban Hati"

Terlepas dari isi atau hikmah bukunya, hikmah yang saya dapatkan dari diskusi bersama Ustadz Anwar ialah semakin dalam keilmuan seseorang, akan semakin besar pula cintanya kepada sesama yang itu terimplementasikan dalam kemauan untuk mendengarkan, memahami, dan memaklumi. 

Minggu, 11 Oktober 2020

Bedah Buku: Munculkan Secuil Aja Biar Penasaran Atau...

Bismillah

Hari ini aku bersama dua penulis buku "Katarsis: Membereskan Beban Hati" lainnya yaitu Husnul dan Sita mendapatkan kesempatan untuk berbagi dalam webinar yang diadakan oleh Go English. Kami mempresentasikan sebagian (karena waktunya terbatas) materi buku kami dengan menyorot topik "Cerdas Kelola Emosi: Agar Kamu Nggak Nyesek Lagi". 

Sesi presentasi kami dibuka oleh Sita yang berbicara tentang bagaimana irrational belief menjadi salah satu penyebab kita mengalami "nyesek". Menurutku, Sita membawakan materi dengan sangat menawan, maa syaa Allah. Menyimaknya ibarat sedang mendengarkan seorang penyiar radio yang sudah berpengalaman. Aku yakin para peserta webinar yang mayoritas adik-adik SMA itu pun terpesona. 

Setelah itu, tibalah giliranku yang sudah lumayan grogi menyimak Sita, khawatir aku terlalu njomplang darinya. Aku kebagian menjelaskan tentang penyebab "nyesek" lainnya yaitu ruminasi, supresi, dan represi sampai ke definisi katarsis. Aku belibet banget guys ngomongnya :')) Mungkin karena aku sudah terpesona sama Sita yang luwes banget, sehingga mungkin secara tidak sadar aku menuntut diriku untuk bisa seperti itu, padahal jelas style kami itu berbeda...alhasil belibet lah akhirnya. Huhu...sedih...

Kemudian giliran Husnul yang menjelaskan tentang apa dan bagaimana melakukan teknik katarsis secara sehat. Penjelasan Husnul memberikan pencerahan kepada peserta tentang beragam pilihan teknik katarsis yang bisa mereka lakukan. Husnul juga keren banget, maa syaa Allah. Santai bwanget pembawaannya, tapi pesannya nyampe. 

Selepas sesi penyampaian materi oleh kami bertiga, akhirnya masuk ke sesi tanya jawab. Ada beberapa pertanyaan menarik yang masuk, dan alhamdulillah semuanya dapat dijawab dengan baik (oleh Husnul dan Sita wkwk). Melihat jawaban kedua teman yang ces pleng tersebut, moderator spontan menanyakan kontak kami jikalau adik-adik remaja tersebut membutuhkan teman untuk berbagi secara tepat. Alhamdulillah ada Sita (wkwkw), yang saat ini sedang menjalani tugasnya sebagai konselor sebaya di lembaga konsultasi psikologi BE Psychology Kediri, yang menerima konsultasi secara gratis.

Udah gitu aja sih ceritanya hehe. Alhamdulillah diberikan kesempatan untuk berbagi hehehe.

***CERITA DI BALIK LAYAR***

Pada saat kami mendapatkan undangan untuk berbagi tentang buku kami, muncul diskusi dalam grup WhatsApp kami: "Apakah sebaiknya kita memunculkan bagian-bagian tertentu saja sehingga orang akan penasaran dan membeli buku kami, atau bagaimana?"; sampai akhirnya kami sampai pada satu kesepakatan: berikan sebanyak yang bisa kita berikan, soal ada yang beli atau tidak, itu adalah rezeki yang sudah diatur, yang penting kita jangan sampai menyembunyikan ilmu.