Kamis, 02 Juli 2020

Laki-laki Pertama yang Mengetuk Pintu

Teman-teman yang berusia 23-an ke atas, apalagi sudah lulus kuliah, biasanya kegalauan soal jodoh cukup mendominasi hari-harinya. Hal ini bisa dimaklumi, karena selain merupakan ibadah yang sangat agung yang membutuhkan ilmu dan banyak kesiapan, pernikahan juga mengandung unsur pemenuhan kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial. Jadi... meskipun para senior kita yang sudah menikah sering mengingatkan bahwa nikah itu perjuangan, pasti ada masalah yang akan menerpa, banyak penyesuaian yang harus kita lakukan; pada akhirnya yang mendominasi benak kita adalah manis-manisnya.

Setiap orang memiliki jalan ceritanya masing-masing dalam bertemu dengan jodohnya. Asalkan jalan yang ditempuh dalam menjemput jodoh tidak melanggar syariat, kita bisa mengambil hikmah dari setiap cerita tersebut. Ada yang sama sekali nggak ada pikiran untuk menikah, tapi tiba-tiba orang yang tepat itu datang. Ada yang sudah berusaha semaksimal mungkin tapi selalu berakhir kandas. Ada yang sudah terasa mantep banget dengan seseorang, tapi ternyata yang berani menyatakan duluan justru orang yang lain. Dan sebagainya. Selama kita nggak melanggar aturan Allah, kita perlu mensyukuri jalan yang harus kita lalui.

Nah kali ini aku mau cerita tentang seorang kawan yang beberapa hari lalu mengabarkan bahwa ia akan menikah beberapa pekan lagi. Kawanku ini adalah seorang aktivis di kampus. Sebagai aktivis, apalagi dia beberapa kali menempati posisi strategis, dia sering dijodohkan dengan si A, si B, dan si C oleh kawan-kawannya. Entah mengapa kami senang sekali menebak-nebak, siapa di antara teman laki-laki kami yang beruntung bisa menjadi pasangannya*. Tapi ternyata, nama yang bersanding dengannya di undangan tersebut bukanlah nama yang kami kenal.

Usut punya usut, ternyata memang kawanku tersebut memiliki prinsip bahwa ia tidak menggantungkan harapannya pada seorang laki-laki. Ia akan menikah dengan laki-laki pertama yang mengetuk pintu dan ia cocok. Dari cerita tersebut, aku teringat pula dengan seorang kakak tingkat yang orangnya kalem sekali. Cerita beliau bertemu dengan jodohnya itu simpel buanget. Gak galau-galau lah pokoknya. Adanya masalah itu pasti, tapi nggak sampai berlarut-larut.

Dua kisah tersebut bagiku pribadi sangat menggugah hati. Aku tersentuh. Oh ini lho yang dimaksud dengan "Allah sesuai prasangka hamba." Kalau ada yang mikir jodoh itu ribet, ya ribet beneran. Na'udzubillah T_T. Kalau ada yang berpikir bahwa menjemput jodoh itu harus lewat pacaran, kalau enggak ya nggak ketemu jodoh. Ya beneran dah kayak gtu jadinya. Bakalan muter aja cerita cintanya di masalah begituan. Na'udzubillah. Kalau ada yang mikir jodoh itu datang dengan cara sebar umpan sana sini, sebar kode siang dan malam, ya bakalan ribet aja cerita cinta kita di seputar begituan. Na'udzubillah.

Sementara dua temanku tadi melihat proses jodoh secara sederhana, sebab yakin Allah akan menghadirkan orang yang tepat pada saat yang tepat.

Ya Allah...

Sekali lagi, tiap orang punya jalannya masing-masing Guys. Karena tiap kita punya kecenderungan yang berbeda. Ada yang diem, ada yang agresif, hehe. Kalau memang ingin menyampaikan, sampaikan dengan cara yang diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya. Selama itu tidak melanggar syariat, dan sudah siap, gaskeunnnn. Jangan lupa semua harus dikawal dengan niat dan ilmu yang benar yaa. Jangan terlalu ngoyo juga. Jodoh itu bagian dari rezeki. Rezeki itu udah dijamin.

Aku tau yakin itu proses Guys. Jadi aku cuma bisa bilang, TETEP SEMANGAT DAN TETAP PRODUKTIF YAA KITA! Wkwkwk.

Nih aku kasih penutup untuk menambah keyakinan kita.

Guru-guru kita membuat analogi seperti ini. Bayangin di hadapan kita ada karpet 5 meter. Bisa nggak kita melewatinya dalam sekali langkah atau sekali lompatan? Kita cenderung berpikir nggak mungkin kan? Padahal....bukankah karpet itu bisa digulung, lalu kemudian dilewati dalam sekali langkah? Pikiran kita sering membatasi kehendak Allah. Padahal Allah selalu punya cara. Allah sesuai prasangka kita. Kalau kita mikirnya ruwet, hanya mengandalkan usaha kita, ya begitulah kita bakalan diribetkan dengan logika sebab akibat yang kita bangun. Note to myself: belajar mikir sederhana aja, nggak usah terlalu dipikir bagaimananya🤧. -Dari penjelasan Ustadz Afri  beberapa pekan lalu-

Semoga bermanfaat dan semua hajat baik kita dikabulkan Allah. Aamiin

*Padahal sebenarnya ketika Allah sudah menjodohkan, itu bukan soal keberuntungan, melainkan memang Allah ciptakan untuk saling mengisi.

0 comments: