Saat ini aku sedang menunggu. Menunggu naskah yang berencana aku bukukan menjalani
prosesnya. Dalam waktu yang bersamaan, kini ia sedang berada di tangan para
peninjau, layouter, dan juga menanti dibuatkan baju oleh sang desainer sampul. Rasanya tak sabar menimang dirinya yang hangat
yang baru keluar dari percetakan. Maka menurutku tak berlebihan jika Raditya
Dika menyamakan kelegaan yang dirasakan penulis ketika bukunya terbit sama dengan
kelegaan yang dirasakan oleh seorang ibu yang baru saja melahirkan (meskipun
Raditya Dika tidak pernah merasakan melahirkan).
Sebab menulis, khususnya menulis sebuah buku, adalah proses
panjang. Bibitnya adalah keresahan yang ditanam dalam tanah kesadaran bahwa
sedikit pengalaman disertai ilmu yang sedikit harus dibagikan untuk meluaskan
kebaikan. Bukan sekedar berbagi, namun
berbagi yang bertanggung jawab. Maka
dari itu, membesarkannya harus selalu disertai upaya-upaya koreksi yang tak
kenal lelah, minimal agar yang ditulis tidak ‘menyesatkan’ orang lain. Maka
sikap yang mesti dipelihara oleh seorang yang menulis buku adalah sabar
menjalani proses, tidak asal membagikan, tidak asal bicara, meski yang menulis ini pun masih belajar untuk itu.
0 comments:
Posting Komentar